Cinta, Rindu dan Benci Untuk Pak Axel
Sejatinya Pak Axel ini lumayan menarik untuk ukuran pria dewasa nan matang. Wajahnya tampan, kulitnya putih dan rambutnya sering terlihat rapih yang bak seperti tentara.
Terus posturnya juga jangkung dan dalam berpakaian pun sering terlihat rapih dan necis. Hanya kekurangan dia menurutku adalah badannya kurang berisi. Tapi nggak kelihatan kurus juga sih.
Dan hal lain yang kusuka dari Pak Axel ini adalah orangnya cuek dan humoris. Meskipun begitu dia juga orangnya baperan (untuk yang ini aku tahunya belakangan).
Meskipun dirinya mempunyai banyak hal yang positif, namun tak secuil pun aku merasakan "hasrat" padanya. Aku cuma beranggapan dia itu orang baik dan aku senang bergaul dengannya.
Akan tetapi semua itu berubah ketika pada suatu malam aku main ke rumahnya, karena mau ada keperluan. Saat itu ntah kenapa aku menyukai tampilannya, yang baru saja potong rambut dan kumisnya baru dicukur rapih nan bersih.
Suerr! Pada saat itu aku langsung bergairah lihat tampilan wajahnya itu. Sejurus dengan itu, aku pun jadi ingin seperti berfantasi dengannya.
Ku kira waktu itu perasaanku hanyalah sementara saja. Namun belakangan malah makin menjadi-jadi.
Asli! Kalau kebetulan berpapasan dengannya dan kebetulan kita ngobrol, bawaannya senang bukan kepalang.
Apalagi kalau wajahnya itu lagi benar-benar klimis atau baru habis cukuran, beuh gairahku langsung memuncak terhadapnya. Dan setelah itu, aku jadi ingin berkhayal dengannya.
Dalam angan-angan ku; akan ku raba-raba bagian bibir yang atasnya yang klimis tersebut dan lalu kucium yang lama.
Lalu andai dia menyambut ciumanku, maka akan ku jilati bagian yang klimisnya itu sampai aku merasa puas dan puas banget.
Setelah itu berharap dia mengajakku bercinta di suatu tempat, seraya dia mengendongku dengan penuh kemesraan.
Selanjutnya kami benar-benar bercinta dan dalam pada itu, seluruh tubuhku habis dicumbu olehnya. Tentu aku akan sangat menikmatinya, pun juga Pak Axel merasakan yang sama.
Setelah selesai bercinta, kami kemudian bubar jalan. Tapi aku berharap Pak Axel ketagihan dan mau mengulanginya di lain waktu dan kesempatan.
Sayangnya perasaanku yang begitu besar terhadapnya, harus terganggu dengan perselisihan yang terjadi diantara kami. Gara-gara itu, dia pun jadi marah dan benci kepadaku.
Bahkan gara-gara itu pula, dia jadi tak pernah menegurku lagi. Malah belakangan dia seperti menghindariku.
Sumpah deh! Akibat dari perubahan sikap Pak Axel itu, aku pun jadi langsung i'll feel terhadapnya.
Asli, dari yang tadinya merasa senang kalau membayangkan sosoknya, tetiba aku malah merasa muak dengannya.
Memang perselisihan itu bermula dari kesalahanku. dan aku juga sebenarnya sudah meminta maaf kepadanya. Namun sepertinya dia kadung kecewa padaku, hingga dalam beberapa waktu dia seperti ogah bertemu denganku.
Akan tetapi seperti pepatah; sekeras apa pun es batu, kelak ia akan mencair juga. Pun begitu dengan Pak Axel. Sebab tanpa diduga dia mau menegurku kembali.
Selanjutnya hubungan kami pun normal lagi, seperti sedia kala. Namun demikian, perasaan dan hasratku kepadanya tak kembali seperti dulu.
Ntah aku merasa gejolak cintaku kepadanya tak sebesar sebagaimana sebelum kami mengalami slek.
Meskipun begitu, pernah suatu hari aku kembali merasa bergairah kepadanya lantaran lihat wajahnya yang kebetulan lagi klimis. Dan sejurus dengan itu, aku pun seperti ingin kembali berfantasi dengannya.
Tapi perasaan itu muncul hanya kadang dan sesekali saja. Terlebih penampilan Pak Axel belakangan sering berubah-ubah.
Kadang tampil klimis, terus di lain waktu pernah tampil berkumis dengan waktu yang cukup lama. Dan jujur ketak konsisten tampilan wajahnya itu, membuat perasaanku jadi naik turun kepadanya.
Asli! Ketika dia tampilannya berkumis itu, aku nggak merasa tertarik kepadanya. Nggak tahu kenapa. Tapi menurutku dia memang sepertinya tak cocok dengan style begitu.
Sekarang Pak Axel tampilannya sering klimis lagi. Namun meski begitu, perasaanku kepadanya nggak sedahsyat dulu. Nggak tahu kenapa.
Tapi memang kalau sisa-sisa hasrat dan perasaan mah masih ada. Seperti misalnya jika dia kebetulan lagi klimis dan kebetulan pula batu habis potong rambut.
Jujur, aku masih suka dan senang melihatnya. Hanya memang tak sampai aku ingin berfantasi dengannya.
Itulah ceritaku tentang Pak Axel, salah satu tetanggaku yang dulu sempat ku gandrungi dan kugila-gilai dalam waktu tertentu.
Komentar
Posting Komentar