Sapu Tangan Untuk Pengobat Rindu

Ada masa aku selalu begitu dekat dengannya. Karena kebetulan aku sering bertemu dengannya dan bahkan kita sering saling face to face.


Itu dikarenakan pada saat itu aku sering mengajar dia mengaji. Jujur aku senang banget bisa menjalani tugas ini.


Tentu aku senang karena dia adalah pria yang kusukai dan kukagumi pada saat itu (dan masih sampai dengan sekarang). So karena itu aku pun sering semangat, tiap kali aku mengajar dia.


Bahkan bukan hanya semangat yang tinggi yang ku dapatkan, di setiap aku menjalani tugas itu. Tapi juga terkadang gairah yang tinggi nan membara.


Ya hal itu disebabkan karena aku sering tergoda dengan wajahnya yang mempesona. Terutama sekali lihat bagian atas bibirnya, yang sering tampil klimis tanpa kumis.


Asli, dulu kalau pas ngajar dia aku suka diam-diam memperhatikan bagian itunya. Bahkan terkadang aku sering salah fokus, ketimbang memperhatikan ngajinya dia.


Sesekali bahkan pernah ku foto wajahnya, dengan harapan agar aku bisa memandangnya di luar waktu dia belajar mengaji. Dan jujur, aku senang banget bisa mendapatkan moment itu.


Selanjutnya aku sering menikmati moment itu, jika setiap aku mengajar ngaji dia. Suerr! Aku merasa nggak pernah bosan dibuatnya.


Tapi sejujurnya moment yang paling kusukai pada saat mengajar ngaji dia itu adalah pada saat dia dalam keadaan flu. Soalnya dia sering membawa sapu tangan, buat jaga-jaga kalau tiba-tiba bersin pas ngaji. Dan sapu tangan itu gunanya buat menyeka bagian mulut dan hidungnya yang mungkin saja kotor pasca bersin.


Asli, ketika dia ngaji dalam keadaan begitu dan lalu dia bersin, ingin rasanyanya aku berubah wujud jadi sapu tangannya. Soalnya biar aku bisa merasakan sentuhan bagian bibir atasnya yang klimis itu.


Dalam angan-angan lain, aku juga berharap bisa membantu membersihkan bagian hidung dan mulutnya pasca bersin tadi dengan tanganku sendiri. Tentu ini jauh lebih nikmat, karena aku bisa merasakannya langsung dengan tanganku sendiri.


Ah sayang! Semua itu cuma khanyalan liarku saja. Meski begitu, aku tetap senang melakukannya.


Terkait sapu tangan tersebut, dalam satu waktu pernah terbersit dalam hati untuk niat mengambilnya dan lalu kubawa pulang ku rumah. Soalnya jujur banget, melihatnya saja bikin aku bergairah.


Padahal sejatinya sapu tangan itu adalah bekas membersihkan sesuatu yang kotor yang keluar dari hidungnya dia, pasca bersin tadi.


Tapi aku nggak peduli, meskipun itu kotor tapi aku suka dan aku berharap bisa memilikinya.


Kenapa aku bisa senekad itu? Karena sapu tangan itu adalah bekas membersihkan bagian yang kusukai darinya yaitu bibir atasnya yang klimis. Dan tentu saja aku berharap dengan mendapatkannya, aku bisa mengelus-elus dan lalu kucium dengan penuh hasrat.


Ya anggap saja sapu tangan itu sebagai media perantara untuk aku bisa menyentuh bagian bibirnya. Dan atau anggap saja ketika aku mengelus-elus atau mencium sapu tangan itu, aku sedang bersentuhan langsung dengan bibir bagian atasnya yang menurutku seksi nan menawan.


Suerr deh! Andai sapu tangan itu benar-benar bisa ku bawa pulang, nggak akan ku cuci sampai kapanpun. Karena aku takut bekasnya nanti hilang.


Selanjutnya sapu tangan itu pun akan aku jadikan sebagai pengobat rinduku pada dirinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan Itu Telah Membuatku Jatuh Cinta Padanya

Love Forever

Seandainya Aku Bisa Menjelma Jadi Anaknya

Sejenak Bersama Pak RT (bag. 3)

Sungguh, Rasa Cintaku Ini Sehangat Gorenganmu Mas! (bag. 3)

Please! Buka Dong Maskermu Pakdhe

Kisah Cinta 3 Malam

Kangen (Seperti Dulu)

Tetanggaku, Idolaku

Bolehkah Aku Ikut Membantumu Cukuran Bang?