Sungguh, Rasa Cintaku Ini Sehangat Gorenganmu Mas! (bag. 2)
"Ciuman kamu benar-benar syahdu" puji suamiku pada saat itu..
"Mas nggak nyangka, kalau kamu seberani itu melakukannya" tambahnya lagi..
"Karena aku benar-benar sayang dan cinta sama mas. Dan ini juga sebagai bukti, kalau aku nikah sama mas karena memang ingin mengabdikan dsiriku sebagai seorang istri. Dan aku akan rela melakukan apa saja, asal mas senang" jawab aku kemudian, buat menimpali pujian suamiku itu..
Setelah itu, aku larut dalam pelukannya dia. Dan dia pun tentu saja langsung memeluk erat tubuhku dengan penuh kehangatan..
"Mas salut dengan sikap dan perasaanmu. Sepertinya perasaan cinta kamu ke mas begitu besar dan luar biasa" ucap kembali suamiku dengan pujian lagi..
"Banget mas. Itulah makanya aku mau nikah sama mas, meski mas awalnya sempat menolak dan nggak percaya" jawab aku lagi..
"Iyalah. Kamu muda dan cantik. Koq mau sih nikah sama mas, yang cuma seorang duda yang jadi tukang gorengan? Sudah gitu, mas usianya jauh di atas kamu" timpal suamiku seketika, yang seperti merendah di hadapanku..
"Aku nggak peduli mas. Yang penting aku merasa bahagia banget hidup bersama mas" jawab aku, atas sikap rendah hati suamiku kala itu..
"Makasih ya neng! Atas semua perhatian yang udah kamu berikan ke mas. Jujur, mas jadi terharu dengernya" ucap dia kemudian yang sambil berkaca-kaca matanya..
"Mas jangan sedih gitu dong!" aku kemudian mencoba menenangkannya. Ketika itu posisiku masih dalam pelukan dan dekapannya dia..
"Mas nggak sedih. Cuma mas merasa terharu aja, koq ada ya wanita yang begitu tulus mencintai mas dengan tanpa memandang status dan keadaan mas. Padahal wanita itu sebenarnya bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari mas" ucap suamiku yang seperti memberikan alasan kenapa dia sampai merasa terharu pada saat itu..
"Udahlah mas! Jangan dibahas lagi soal itu. Yang penting kan kita sekarang sudah nikah dan aku benar-benar bahagia banget hidup bersama mas" jawab aku atas pembelaan suamiku ketika itu..
"Asal mas tahu ya. Perasaan cinta dan sayangku ini sama mas, akan terus ada selama kita menjalani pernikahan ini. Bahkan mungkin akan terus hangat, sehangat gorengan yang mas jual di lapak mas" aku kemudian mencoba menegaskan tentang analogi perasaanku kepadanya..
"Ah kamu! Masa rasa cinta dan sayang kamu, disamain dengan barang jualan mas sih???" kemudian dia tiba-tiba seperti protes atas ucapanku itu..
"Ya nggak! Itu kan hanya perumpamaan saja mas. Aslinya ya mungkin nggak begitu" dalih aku, atas ucapanku yang sebelumnya..
Mendengar itu, dia kemudian nggak jawab dan nggak ngomong lagi. Yang ada dia malah semakin memeluk tubuhku dengan erat..
*****
Dan permintaan dia yang ingin ML denganku pun terjadi pada malam itu. Tentu saja kami melakukannya di tempat itu, alias di kamar kami berdua..
Dimulai dengan pemanasan dulu, yang mana dia mencumbu bibirku dengan penuh nafsu. Sejurus dengan itu, aku pun lalu melayaninya dengan penuh nafsu juga. Soalnya jujur nikmat banget sih, dicumbu dia. Apalagi kalau pas lagi klimis banget tampilannya..
Selanjutnya dia lalu mempreteli baju dari tubuhku satu persatu. Pun dia juga melakukan hal yang sama. Setelah itu dia lalu mencumbu tubuhku dari atas sampai ke bawah dengan bibirnya. Terutama bagian dada dan perutku..
Sementara itu, aku sendiri pasrah dengan apa yang diperbuatnya itu. Tapi ya aku juga sangat-sangat menikmatinya. Soalnya moment ini juga aku suka, jika setiap kali aku berkencan dengan suamiku..
Itu karena aku sangat suka sekali dengan pesona bibirnya mas Rohman. Makanya jika dia ingin mencium bibirku atau mencumbui tubuhku, aku selalu antusias. Soalnya pas di moment itu, aku akan merasakan kenikmatan dari pesona bibirnya tersebut..
Selanjutnya waktu pun berlalu, hingga tak terasa aku seperti sudah ingin merasa orgasme. Untuk itu, aku pun meminta ke suamiku agar segera memasukkan pen*snya ke lubang vaginaku. Asyiknya dia pun juga merasakan hal yang sama dan lalu mengamini permintaanku..
Pada akhirnya puncak permainan kami malam itu pun terjadi. Ya kami pun lalu berhubungan intim dengan penuh nafsu dan kenikmatan..
Dan kencan kami pada hari itu pun benar-benar berakhir, manakala mas Rohman mengeluarkan air man* dari kemaluannya di dalam lubang kehormatanku. Dalam pada itu, aku pun merasakan puncak kenikmatan dari ML yang kami lakukan pada saat itu..
Mas Rohman tentu saja juga merasakan hal yang sama ketika itu. Ya intinya kami berdua sangat puas dan benar-benar bahagia sekali dengan apa yang sudah kami perbuat tersebut. Karena kami berdua sama-sama memberikan apa yang kami inginkan..
Selanjutnya setelah kami berdua sama-sama puas dan bahagia, kami pun langsung terkulai lemas di tempat tidur. Sejurus dengan itu, desahan nafas dari kami pun berhembus kencang, sebagai pertanda kami berdua seperti capek banget dengan kencan yang sudah kami lakukan pada malam itu..
Kami berdua memang sama-sama saling mencintai dan saling menyayangi. Jadi jika mau ML, ya kami nggak ada kompromi. Alias kami berdua benar-benar total dalam melakukannya. Tujuannya ya buat menyenangkan pasangan kami masing-masing..
Dan sejauh ini, kami selalu berhasil. Karena diantara kami selalu merasa puas dan bahagia, jika kami sudah melakukan hubungan suami isteri..
Aku sendiri nggak merasa risih, dengan keadaan dan status suamiku. Walau dia cuma seorang tukang gorengan plus usianya lebih tua dariku, tapi aku selalu merasa enjoy saja jika diajak kencan olehnya. Ya mau bagaimana lagi, memang aku sangat cinta banget kepadanya..
Bodo amat orang mau bilang apa kepadaku. Yang penting aku happy menjalaninya. Dan yang terpenting lagi adalah dia selalu memberikan kepuasan dan kenikmatan yang kuharapkan, terutama jika kami berdua melakukan ML..
Padahal secara paras dan usia, bisa saja aku mendapatkan lelaki yang lebih baik dari dia. Seperti misalnya pria yang lebih muda, tampan dan mapan ketimbang suamiku ini..
Tapi ya yang namanya perasaan tak bisa dikompromikan. Kalau aku sukanya sama mas Rohman, ya aku pengennya sama dia. Dan aku tak peduli, meskipun dia usianya jauh di atasku dan profesinya pun hanya seorang penjaja gorengan di pinggir jalan..
Komentar
Posting Komentar