Sungguh, Rasa Cintaku Ini Sehangat Gorenganmu Mas!
"Baru pulang mas?" tanyaku kepada suamiku yang baru pulang berjualan malam itu..
"Iya neng!" jawab dia dengan nada lemah dan seperti sedang menahan lelah..
"Koq tumben. hari ini pulangnya agak malam banget?" tanyaku lagi kepadanya..
"Ya namanya juga orang jualan. Kadang sepi, kadang ramai. Kebetulan hari ini lagi nggak banyak yang beli" jawabnya memberi alasan..
"Oh gitu. Ya udah, sekarang mas duduk-duduk aja dulu buat istirahat. Bentar neng ambilkan air minum buat mas" timpal aku dengan nada seperti menyamangati..
Namun belum juga aku beranjak ke dapur buat mengambil air minum, aku kembali bertanya kepada suamiku: " Oh ya mas mau sekalian dibikin kopi juha?"
"Nggak usah deh neng! Mas nggak lagi pengen ngopi" jawab suamiku atas pertanyaan yang kuajukan barusan itu..
Oh ya mas Rohman ini menjajakan barang dagangannya di setiap sore sampai malam. Jadi di setiap waktu-waktu tersebut, aku selalu ditinggal di rumah sendirian..
Meskipun demikian aku tak merasa kesepian. Karena toh tempat berjualannya cukup dekat dari rumah. Lagipula nggak setiap hari dia berjualan terus menerus. Karena ada kalanya dia meliburkan diri, karena ingin beristirahat dan atau ingin sekedar menemaniku sepanjang hari..
Dan cerita di atas itu adalah pada saat mas Rohman pulang mangkal berdagang. Tentu aku sebagai isterinya, harus menyambutnya dengan suka hati walau dalam keadaan apapun..
*****
"Nih mas airnya" sapaku kepada suamiku sekembalinya dari dapur, sembari memberika air minum yang kutawarkan sebelumnya..
"Oh iya makasih ya" jawab suamiku ketika itu dan tak lama langsung diminumnya air tersebut..
Baru saja mau aku jawab lagi perkataan suamiku itu, tiba-tiba dia kembali menyuruhku: "Neng! Tolong ambilkan bantal dong!"
"Memangnya mas mau apa? Mau tidur?" tanyaku kepadanya, sambil agak heran..
"Nggak, cuma mau tidur-tiduran aja di sini (ruang tengah rumah)" jawab suamiku langsung..
"Ooh. Eh tapi jangan sampai ketiduran lho ya!" jawab aku lagi, sembari mengingatkan dia..
"Lho memangnya kenapa?" tanya suamiku yang seperti bingung dengan permintaanku pada saat itu..
"Nggak, soalnya kan neng belum ngantuk banget" jawabku ketika itu untuk memberikan alasan..
"Lho kalau belum ngantuk kan nanti bisa nonton tivi, main Hp atau apa kek" jawab dia yang seperti ingin menyepelekan titahku malam itu..
"Ya bukan begitu mas. Nanti kalau mas tidur, neng nggak ada temannya" jawab aku atas sanggahannya tersebut..
"Hahaha ya ampun, koq kamu manja banget sih! Padahal tinggal ngapain kek, kalau belum bisa tidur mah" jawab suamiku, yang seolah tak peduli dengan rengekanku pada saat itu..
Belum dijawab ucapannya itu, tiba-tiba dia kembali ngomong: "Ya udah mas sekarang mau tidur-tiduran di sini. Mas capek soalnya"..
"Ya udah" jawab aku dengan nada kecewa..
Sebenarnya pada saat itu aku bukan takut ditinggal tidur olehnya. Tapi aku sedang ingin kangen-kangenan dan bermanja-manjaan dengannya. Bahkan mungkin juga aku sedang ingin meminta jatahku sebagai seorang isteri, yakni nafkah batin darinya..
Maklum sebagai pengantin baru, kami masih menggebu-gebu soal hal itu. Terlebih aku pribadi, yang memang benar-benar mencintai dia setulus hati..
Sayangnya pada malam itu, hal yang sedang kuinginkan tersebut ditanggapi cuek oleh suamiku. Tapi memang sepertinya dia tak faham dengan kode yang kuberikan pada saat itu..
Padahal jujur, rasa kangenku ini kepadanya sudah diubun-ubun pada saat itu. Dan aku berharap dia mengerti akan maksudku. Lebih-lebih kalau sampai pada akhirnya kami bercinta, yang merupakan puncak kenikmatan dari perasaan cinta kami berdua selama ini..
*****
"Neng, bangun neng!" gugah suamiku saat tahu aku ketiduran di dekatnya..
"Lho, emang ini jam berapa?" tanya aku kepadanya, sambil dengan mata kriyap kriyep..
"Jam setengah 12 malam. Yuk kita ke kamar. Kita tidur!" jawab suamiku..
"Bentar dulu atuh! Neng mau ke kamar mandi dulu" jawab aku memberikan alasan pada saat itu..
Setelah itu, aku pun bergegas pergi ke kamar mandi buat buang air kecil dan sekaligus juga buat ngambil air minum di dapur. Kebetulan pada saat terbangun itu, aku haus banget..
Jujur! Aku benar-benar nggak sadar, kalau ternyata pada malam itu aku ketiduran di ruang tengah rumahku. Padahal aku nyangkanya suamiku yang akan ketiduran saat dia minta diambilkan bantal, pasca dia pulang berjualan..
Tapi memang pada saat itu, aku juga tak lama ikut tidur-tiduran, dengan posisi persis samping suamiku. Sedangkan aku nggak tahu, kalau suamiku pada saat itu tidur atau nggak..
"Mas sendiri tadi tidur atau nggak?" tanyaku kepada suamiku, pasca aku masuk kamar tidur atau sekembalinya dari dapur dan kamar mandi..
"Tidur, tapi cuma sebentar" jawab dia sembari rebahan di kasur, dengan nada seperti lelah..
"Eh neng, kita kencan yuk! Mas lagi pengen nih!" tiba-tiba pinta suamiku, sesaat setelah menjawab pertanyaanku sebelumnya..
"Ah mas mah! Kalau mau gituan mah, harusnya dari tadi. Bukan sekarang!" jawab aku memberikan alasan, yang seperti emoh ajakan dia buat ML denganku pada malam itu..
"Tadi kapan? Pas mas baru pulang jualan?" tanya dia kemudian..
"Iya" jawab aku untuk sekedar menegaskan..
"Kan tadi mah mas lagi capek banget. Kamu harus ngerti dong!" kilah suamiku memberikan alasan atas penolakanku pada saat itu..
Baru mau aku jawab lagi ucapannya itu, tiba-tiba dia langsung merajuk: "Ayo dong neng! Malam ini kita kencan. Mau ya?"
"Iya deh, buat suamiku tersayang..!!!" jawab aku, dengan nada agak sedikit jutek..
"Jangan cemberut gitu dong! Kalau misalnya neng nggak mau, ya mas juga nggak bakal maksa" tiba-tiba dia melunak, yang seperti mengerti dengan perasaanku..
"Ih kata siapa cemberut? Aku cuma kesel aja. Giliran aku yang pengen, masnya malah cuek. Sekarang giliran mas yang pengen, akunya yang sudah nggak ada mood" gerutu aku, buat menjawab alasan kenapa aku menolak ajakan dia untuk ML pada malam itu..
"Ya udah, maafin mas deh! Mas nggak peka sama sikap dan perasaanmu tadi" jawab suamiku, dengan nada seperti membujuk dan sambil mendekatiku..
"Iya deh, neng maafin!" jawab aku kemudian dengan mimik sedikit senyum..
"Makasih ya neng, atas pengertiannya. Kamu memang benar-benar istri yang baik" ucap dia kemudian yang sambil spontan mencium pipi saya yang sebelah kanan. Ketika itu posisiku, sudah ada di samping pelukannya dia..
"Ih mas mah" ucap aku yang seperti senang, dengan perlakuan dia pada saat itu..
"Kenapa emang neng?" tanya dia yang seperti pura-pura heran dengan ucapanku itu..
"Ah nggak kenapa-napa" jawab aku singkat, dengan nada seperti malu-malu..
"Mas..!" tiba-tiba aku memanggilnya pelan..
"Ada apa sayang?" tanya saumiku dengan nada manja..
"Nggak usah pake sayang-sayangan kali. Biasa aja manggilnya" jawab aku kemudian..
"Sekali-kali mah boleh kali" dalih suamiku, yang sambil diiringi ketawa kecilnya..
"Mas..!" aku kembali memanggilnya..
"Ya neng" jawab dia, yang sambil memeluk erat tubuhku dari samping..
"Aku sayang dan cinta banget sama mas. Dan aku berharap jodoh kita langgeng" ucap aku kemudian yang seperti curhat tentang perasaanku kepadanya..
"Ya mas juga sayang dan cinta banget sama neng. Ya mudah-mudahan saja neng juga setia sama mas, sampai kapanpun dan dalam keadaanpun" jawab dia atas ucapanku itu, yang sambil kembali mencium pipiku sebelah kanan. Bahkan kali ini ciumannya lebih dalam dan lebih lama..
"Aduh mas, koq lama amat sih ciumnya?" tanya aku yang seperti keberatan atas tindakannya tersebut..
"Kenapa? Kamu keberatan???" jawab dia yang seperti balik bertanya kepadaku..
"Ah nggak. Aku malah senang, dengan sikap mas yang seperti ini" jawab aku yang seperti tak menafikan dengan ulah suamiku pada saat itu..
Mendengar jawabanku itu, suamiku nggak menjawab. Dia malah semakin erat memelukku, yang seolah ingin menegaskan kalau dia juga punya perasaan yang sama denganku pada saat itu..
*****
"Neng! neng berani nggak cium mas?" tiba-tiba suamiku bertanya dengan posisi aku masih dalam dekapannya dia..
"Berani, kenapa nggak?."jawab aku, menjawab tantangan dia pada saat itu..
"Beneran berani?" suamiku kemudian balik bertanya, buat sekedar meyakinkan..
"Bener..!!! Mas mau minta dicium yang mana???" kemudian aku kembali bertanya sambil balik badan, yang seolah benar-benar ingin menjawab tantangannya dia..
"Ini..!!!" dia kemudian menjawab dengan sambil mengacungkan telunjuk tangannya ke bibirnya..
"Oke, siapa takut..!!!" jawab aku kemudian..
"Serius kamu mau melakukannya?" tanya dia, yang seolah heran dengan keberanian aku..
"Neng kan sayang dan cinta sama mas. Jadi apapun yang mas minta, akan neng lakukan" jawab aku yang sambil memberikan alasan, kenapa aku mau menjawab tantangannya dia..
"Oke deh, kalau gitu ayo lakukan..!!!" pinta dia yang seperti menagih janjinya kepadaku..
Dan seketika aku pun langsung mencium bibirnya dengan penuh mesra dan bahkan lama. Nggak cuma itu. Aku pun bahkan menikmatinya dalam beberapa saat..
Ini pertama kalinya aku berani mencium dia secara terbuka. Terutama dalam hal ini mencium bibirnya. Sebelumnya aku tak seagresif itu. Karena yang paling sering adalah dia yang menciumku, termasuk pipi dan bibirku..
Ini pun aku lakukan karena bukan semata-mata aku benar-benar sangat mencintai dan menyanyanginya. Namun karena memang aku sangat suka sekali dengan pesona bibirnya. Terutama kalau lagi klimis tanpa kumis sehelai pun..
Kebetulan pada saat itu, memang tampilannya lagi klimis banget. Mungkin dia baru habis cukuran tadinya..
Komentar
Posting Komentar