Sejenak Bersama Pak RT

Pagi itu, matahari belumlah lama memancarkan panas teriknya. Sejurus dengan itu, aku pun masih tampak dalam keadaan santai dan malas ngapa-ngapain. Tapi memang kebetulan pada hari itu aku kerja shift siang. Jadi memang tak ada rutinitasku yang membuatku harus berpeluh keringat pada saat itu..


Yang aku lakukan pada saat itu hanyalah menonton tv sambil ngemil atau sarapan. Sesekali kadang aku ngecek HP, yang barangkali ada SMS masuk buatku. Sayang pada pagi itu tak ada SMS buatku..


Selanjutnya karena merasa bethe dengan acara tv yang pada saat itu menurutku sedang tak ada yang menarik, akhirnya hiburan di pagi itu aku ganti dengan memutar music player di HP-ku. Lumayan untuk sekedar membunuh rasa suntuk dan bosan, sembari menunggu waktu yang tepat untuk mandi pagi..


Aku memang kalau lagi nggak ada aktivitas wajib di pagi hari (seperti mau berangkat kerja atau mau pergi kemana), jarang sekali mandi pagi. Ntah bawaannya malas saja. Biasanya kalau dalam keadaan begitu, aku mandinya sebelum waktu dzuhur..


Akan tetapi baru saja aku merasa enjoy dengan aktifitas hiburan itu, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu di depan rumahku. Kala itu jarum jam masih menunjukan pukul 8 kurang 10 menit. Mungkin memang sepertinya sedang mau ada tamu ke rumahku. Tapi biasanya tak sepagi ini..


Dan ternyata orang yang hendak bertamu ke rumahku pada saat itu adalah suamiku sendiri. Ya dialah Pak Sauri, orang yang telah menikahiku pada dua bulan yang lalu..


Kenapa aku seperti menganggap tamu terhadap suamiku sendiri? Karena setelah kami menikah, dia datangnya sesekali saja ke rumahku dan itu pun waktunya selalu malam. Dan biasanya dia datangnya seminggu 2x di waktu malam senin dan malam kamis..


Harap maklum, aku ini statusnya cuma isteri keduanya. Jadi ya kebersamaan kami tidak bisa bebas seperti pasangan suami isteri lainnya. So jatah kunjungan dia ke rumahku itu bak seperti menunggu waktu yang tepat buatnya..


But it's oke, karena memang sejatinya aku menikmati hubungan ini dari sejak pas menikah. Dan aku menerima segala resikonya. Sebab jujur aku tuh benar-benar mencintainya dan tergila-gila padanya. Jadi anggap saja ini ini sebagai pengorbanan cintaku untuknya..


Ya meskipun Pak Sauri ini hanyalah seoarang lelaki paruh baya yang tampilannya seperti bapak-bapak kampung plus sudah mulai tumbuh uban di sana sini, namun dari sejak pertama kali aku bertemu dan berkenalan dengannya, aku sudah menyukainya..


Tentu aku menikah dengannya bukan cuma sebatas karena faktor alasan menyukainya saja. Namun aku juga sedang butuh kehangatan dari seorang lelaki, yang mana ini telah lama hilang dari kehidupanku pasca aku bercerai dengan suamiku 5 yang lalu..


Selanjutnya bak gayung bersambut karena dia pun ternyata membalas perasaanku. Setelah itu kami dekat dan tak lama dia pun kemudian mengajakku menikah..


***** *****

"Aduh bapak! Kemana aja sih, koq baru datang lagi ke sini? Dan tumben-tumbenan juga datangnya pagi. Kan biasanya malam" gerutu aku ketika aku menyambut kedatangan suamiku pada pagi itu, yang sambil kucium tangannya..


"Bapak sibuk neng dalam seminggu ini. Ini aja bapak nyempetin, karena udah seminggu lebih neng nggak ditengok" jawab Pak Sauri sambil dia mencium keningku untuk merespon sambutan hangatku pada saat itu. Tak lupa dia juga mencium kedua pipiku dan bibirku dengan penuh mesra..


Untuk moment yang terakhir itu, memang ini kebiasaannya di kala dia mengunjungi rumahku. Pun begitu dia pas pamit dari rumahku..


Tentu aku tak merasa risih dengan moment itu dan malah justru hal yang paling kusukai ketika aku bertemu dengannya. Sebab bukan semata-mata perasaanku yang begitu besar kepadanya yang menjadikan alasannya. Tapi ada sebab lain yang membuatku sering merindukan moment itu..


Ya aku tergila-gila sekali dengan kumis tebalnya yang meskipun sudah agak memutih, namun menurutku sangat terlihat menggoda sekali. Oleh karena itu ketika moment tersebut tiba, sering kubiarkan karena aku ingin selalu merasakan sentuhan kumis tebalnya melalui ciuman dari bibirnya..


***** *****


Meskipun aku sempat merasa kaget dengan kedatangannya (karena ini di luar kebiasaannya), tapi jujur aku merasa senang sekali. Soalnya seminggu lebih tak bertemu dengannya, membuat aku kangen berat kepadanya. Dan tentu kehadirannya pagi itu di rumahku, membuat rinduku seketika terobati..


Setelah sambutan hangat itu, lalu kupersilahkan dia untuk masuk ke dalam rumahku. Sejurus dengan itu, dia pun lalu menggandeng bahuku sambil berjalan menuju ke arah sana. Selanjutnya kami kemudian duduk di sofa ruangan tengah dengan posisi ada di samping kiri dia, sembari aku pegang erat lengannya dengan maksud ingin bermanja-manja dengannya..


"Bapak kenapa sih baru bisa kesini lagi? Lagi sibuk sama isteri tua ya?" tanya aku sebagai pembuka obrolan kami pada pagi itu, yang sambil bernada cemberut karena seperti merasa sedang tersisihkan olehnya..


"Eh sudah dibilang, bapak teh lagi sibuk. Sibuk sama kerjaan, keluarga dan terutama warga di wilayah RT bapak." jawab Pak Sauri memberikan alasan tentang kevakuman dia selama ini di dalam kehidupanku..


"Ya, tapi ..," baru saja aku mau menyanggah jawabannya, namun dia kemudian langsung memotong pembicaraan..


"Udahlah, yang penting kan sekarang bapak udah ke sini lagi. Pastinya kamu senang dong! Ayolah, jangan cemberut gitu!" tegas Pak Sauri dengan nada merayu, sambil tak lupa dia memegang daguku dengan penuh lembut nan kemesraan..


Mendengar jawaban terakhir itu, aku hanya bisa tersenyum. Bukan aku merasa senang dengan bujuk rayu dan alasannya. Namun bagaimanapun juga aku harus mengerti dengan keadaan dan kondisi dia. Dan pastinya aku menerimanya dengan tulus..


"Nah gitu dong, tersenyum. Kan biasanya juga kamu senang kalau bapak datang." ucap Pak Suari merespons raut wajahku yang jadi berubah ceria, yang sambil mencium pipi kananku dengan penuh kahangatan..


Setelah obrolan itu, selanjutnya kami ngobrol tentang hal-hal ringan dengan posisi masih duduk berdua dan saling bergandengan di sofa. Namun belum lama kami mengobrol, tiba-tiba dia menyuruh sesuatu kepadaku:

"Neng! Tolong bapak bikinin kopi dong!" Pinta Pak Sauri kala itu yang sepertinya dia sedang merasa suntuk dan lemas..


"Iya Pak! Bentar ya" aku menjawab permintaannya. Selanjutnya aku pun kemudian bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untuknya..


Tak butuh waktu lama aku membuat kopinya. Mungkin hanya sekitar 3 menit. Maklum pada saat itu, kopi dan gulanya sedang tersedia plus air panasnya. Dan setelah beres, kemudian kopi panas yang telah kubuat itu aku bawa ke hadapan Pak Sauri suamiku..


"Pak! Ini kopinya" tegur aku terhadapnya, untuk memberi tahu kalau kopi pesanannya sudah jadi dan sudah siap. Namun kala itu kulihat dia sedang senderan di sofa dan seperti hendak tertidur. Dan sepertinya dia memang tengah mengantuk, karena matanya kriyap kriyep dan mulutnya kadang sesekali menguap..


"Oh iya, simpen aja di meja." jawab Pak Sauri yang tubuhnya masih dalam posisi senderan di sofa..


Kukira matanya langsung segar dan raganya menggeliat, begitu melihat minuman favoritnya ada di depannya. Tapi ternyata dia seperti masih enggan beranjak dari empuknya sofa di rumahku..


Melihat keadaan itu, aku pun mencoba bertanya kepadanya tentang apa yang dia rasakan pada saat itu:

"Bapak ngantuk? Kalau ngantuk mah, tidur aja atuh di kamar."


"Enggak, bapak cuma lagi sedikit suntuk aja" jawab Pak Sauri memberikan alasan tentang kondisinya pagi itu..


Baru saja aku mau mengomentari jawabannya itu, tiba-tiba dia ngomong lagi:

"Eh neng, kita anu yuk! Bapak lagi kangen berat nih sama neng." Pinta Pak Sauri kepadaku pada saat itu..


*anu di sini dia ngajak wikwik denganku


"Lho, bapak kan lagi ngantuk. Koq malah minta begituan?" tanya aku kenapa dia tiba-tiba meminta jatah pada saat itu, yang padahal belum lama hadir di rumahku..


"Lho, kata siapa bapak lagi ngantuk? Bapak cuma lagi suntuk doang." kilah Pak Sauri untuk menjawab pertanyaanku..


"Ayolah! Kamu juga pasti kangen kan sama bapak?" rayu Pak Sauri yang sambil mengedip-ngedipkan matanya, yang seperti pertanda ingin direstui permintaannya kala itu..


Berhubung aku juga benar-benar sedang merasa kangen padanya, lalu aku pun kemudian mengiyakan permintaannya pada saat itu. Sejurus dengan itu, dia pun kemudian langsung menggendongku dan membawaku ke kamarku pada pagi itu..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan Itu Telah Membuatku Jatuh Cinta Padanya

Love Forever

Seandainya Aku Bisa Menjelma Jadi Anaknya

Sejenak Bersama Pak RT (bag. 3)

Sungguh, Rasa Cintaku Ini Sehangat Gorenganmu Mas! (bag. 3)

Please! Buka Dong Maskermu Pakdhe

Kisah Cinta 3 Malam

Kangen (Seperti Dulu)

Tetanggaku, Idolaku

Bolehkah Aku Ikut Membantumu Cukuran Bang?